Kategori: Kisah

Abdullah ibnu Huzhafah as-Sahmi

Pahlawan kita kali ini adalah seorang sahabat yang dikenal dengan Abdullah ibnu Huzhafah as-Sahmi. Sejarah telah mencatat sepak terjang laki-laki ini sebagaimana pahlawan yang tidak pernah hilang dari benak orang Arab, bahkan Islam amat berjasa kepada Abdullah ibnu Huzhafah dengan mempertemukannya dengan para pemimpin dunia pada masa hidupnya seperti Kisra Parsi dan Kaisar Rum. Kisah Abdullah ibnu Huzhafah dengan kedua raja itu merupakan cerita yang tidak akan terlupakan sepanjang masa

An-Najasyi, Ash-Hamah bin Abjar, Sang Raja Nan Arif Lagi Bijaksana

An-Najasyi, Ash-Hamah bin Abjar, Sang Raja Nan Arif Lagi Bijaksana “Tatkala raja Najasyi meninggal kami saling menuturkan bahwasanya di atas kuburnya masih terlihat cahaya…” (‘Aisyah Ummul Mu’minin) Tokoh kita kali ini adalah seorang Tabi’in jika ia termasuk dari kalangan Tabi’in, atau ia adalah seorang sahabat jika ia terhitung sebagai seorang sahabat. Ia telah mengirim surat kepada Rasulullah SAW, sebagaimana Rasulullah juga mengirim surat kepadanya. Ketika ia meninggal Rasulullah SAW melakukan

Kisah Aneh Seorang Pendeta Yang Masuk Islam

Mungkin kisah ini terasa sangat aneh bagi mereka yang belum pernah bertemu dengan orangnya atau langsung melihat dan mendengar penuturannya. Kisah yang mungkin hanya terjadi dalam cerita fiktif, namun menjadi kenyataan. Hal itu tergambar dengan kata-kata yang diucapkan oleh si pemilik kisah yang sedang duduk di hadapanku mengisahkan tentang dirinya. Untuk mengetahui kisahnya lebih lanjut dan mengetahui kejadian-kejadian yang menarik secara komplit, biarkan aku menemanimu untuk bersama-sama menatap ke arah

Hasan Al-Bashri

Suatu hari ummahatul mu’minin, Ummu Salamah, menerima khabar bahwa mantan “maula” (pembantu wanita)nya telah melahirkan seorang putera mungil yang sehat. Bukan main gembiranya hati Ummu Salamah mendengar berita tersebut. Diutusnya seseorang untuk mengundang bekas pembantunya itu untuk menghabiskan masa nifas di rumahnya. Ibu muda yang baru melahirkan tersebut bernama Khairoh, orang yang amat disayangi oleh Ummu Salamah. Rasa cinta ummahatul mu’minin kepada bekas maulanya itu, membuat ia begitu rindu untuk

Penggundulan sang Badui

Kota Bashrah yang ramai dengan penduduknya yang beragam, masa itu dipimpin oleh Walikota Abu Musa al Asyari. Ia mempunyai prajurit yang gagah berani, salah satunya yang cukup luar biasa sebutlah si fulan dari suku Badui, yang terkenal polos, terbuka, dan impulsive. Fulan adalah prajurit yang gagah berani, di senangi dan disegani kawan, apalagi di tengah medan pertempuran. Suatu hari, usai suatu pertempuran, tidak seperti biasanya, fulan langsung menghadap Abu Musa.

Syahid di Tiang Gantungan

Lelaki renta itu melangkah menuju tiang gantungan. Kedua tangannya terbelenggu namun matanya masih tetap berbinar. Raut mukanya tak menampakkan rasa takut sedikit pun. Ia begitu gagah walaupun maut tengah merambat mendekatinya. Suasana sendu justru menyergap orang-orang di sekelilingnya. Mereka menatap lelaki berusia 80 tahun itu, dengan wajah muram. Air mata tak dapat mereka bendung pula. Bahkan beberapa saat kemudian, jerit tangis bersahutan. Tatkala mereka melihat lingkaran tali tiang gantungan, menjerat

Rabiah al-Adawiyah, The Mother of The Grand Master

Pada suatu hari seorang lelaki datang kepada Rabiah dan bertanya, “Saya ini telah banyak melakukan dosa. Maksiat saya bertimbun melebihi gunung-gunung. Andaikata saya bertobat, apakah Allah akan menerima tobat saya?” “Tidak,” jawab Rabiah dengan suara tegas. Pada kali yang lain seorang lelaki datang pula kepadanya. Lelaki itu berkata, “Seandainya tiap butir pasir itu adalah dosa, maka seluas gurunlah tebaran dosa saya. Maksiat apa saja telah saya lakukan, baik yang kecil

HAMKA, Berprinsip Tapi Lembut

Sumber: Percikan Iman Inilah salah satu tokoh Indonesia yang langka. Kok langka? Pasalnya nih, tokoh yang satu ini cukup kompleks. Seandainya masih hidup, pasti diajak omong apa aja nyambung. Diajak omong masalah agama, okey! Karena HAMKA emang seorang ulama. Sastra? Oh…dia juga jagonya. Bahkan masalah sosial budaya dan politik juga pernah digelutinya. Tapi ada satu dari Buya HAMKA ini, yaitu keteguhannya memegang prinsip yang diyakini. Inilah yang bikin semua orang

Kisah Indah Sang Khalifah

Siang di bumi Madinah, suatu hari. Matahari tengah benderang. Teriknya sungguh garang menyapa hampir setiap jengkal kota dan pepasir lembah. Jalanan senyap, orang-orang lebih memilih istirahat di dalam rumah daripada bepergian dan melakukan perniagaan. Namun tidak baginya, lelaki tegap, berwajah teduh dan mengenakan jubah yang sederhana itu berjalan menyusuri lorong-lorong kota sendirian. Ia tidak peduli dengan panas yang menyengat. Ia tak terganggu dengan debu-debu yang naik ke udara. Ia terus

Abdullah bin Umar

Abdullah bin Umar adalah putra Khalifah Umar bin Khattab. Pada masa muda, Abdullah bin Umar mendapat pendidikan dari lingkungannya, yang selalu mendapat pembinaan semangat Islam. Dia dididik oleh ayahnya yang disiplin dan taat kepada agamanya. Pada Perang Badar dan Uhud, Abdullah bin Umar tidak ikut perang. Pada Perang Khandak (parit), Abdullah bin Umar ikut serta. Semenjak inilah Abdullah bin Umar ikut perang. Usia beliau waktu itu baru lima belas tahun.