Kategori: Kisah Tokoh Islam

Syahid di Tiang Gantungan

Lelaki renta itu melangkah menuju tiang gantungan. Kedua tangannya terbelenggu namun matanya masih tetap berbinar. Raut mukanya tak menampakkan rasa takut sedikit pun. Ia begitu gagah walaupun maut tengah merambat mendekatinya. Suasana sendu justru menyergap orang-orang di sekelilingnya. Mereka menatap lelaki berusia 80 tahun itu, dengan wajah muram. Air mata tak dapat mereka bendung pula. Bahkan beberapa saat kemudian, jerit tangis bersahutan. Tatkala mereka melihat lingkaran tali tiang gantungan, menjerat

HAMKA, Berprinsip Tapi Lembut

Sumber: Percikan Iman Inilah salah satu tokoh Indonesia yang langka. Kok langka? Pasalnya nih, tokoh yang satu ini cukup kompleks. Seandainya masih hidup, pasti diajak omong apa aja nyambung. Diajak omong masalah agama, okey! Karena HAMKA emang seorang ulama. Sastra? Oh…dia juga jagonya. Bahkan masalah sosial budaya dan politik juga pernah digelutinya. Tapi ada satu dari Buya HAMKA ini, yaitu keteguhannya memegang prinsip yang diyakini. Inilah yang bikin semua orang

Semua Lembaran Hidup as-Syahid adalah Kenangan yang Tak Terlupakan

Ada kesabaran dan keteguhan menakjubkan di balik tutur katanya. Nada bicaranya menunjukkan kekokohan dan ketegaran jiwa, kata-katanya menyiratkan kehalusan batin. Lebih penting dari itu, ketawadhuannya begitu kentara dari cara ia bicara, berdialog dan menjawab pertanyaan. Ketika kami katakan kepadanya, “Di belakang lelaki agung pasti ada wanita mulia,” ia segera menyang-gahnya,”Tidak, demi Allah, jika wanita itu ada di balik kesuksesan dr. Rantisi hingga ia meraih syahadah, maka tak lain dia adalah

Sang Imam, sebuah cuplikan untuk mengenang Imam Hasan al-Banna

Sebuah artikel yang dimuat oleh harian umum al-Ahraam telah membuat Sang Imam dan murid-muridnya gelisah. Bagaimana tidak, artikel yang ditulis oleh si Fulan itu berisi pemikiran yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Si Fulan mengatakan bahwa tidak ada kewajiban bagi manusia untuk menutup auratnya. Sebab secara fitrah, tiap manusia dilahirkan dalam keadaan telanjang. Maka ia menyerukan agar budaya telanjang itu dilestarikan di tengah masyarakat Mesir. Maka para ikhwan yang merasa

Said Hawwa

Dia adalah Syaikh Sa’id bin Muhammad Daib Hawwa. Dilahirkan di kota Hamat, Suriyah pada tahun 1935 M. Ibunya meninggal dunia ketika usianya baru 2 tahun, lalu diasuh oleh neneknya. Di bawah bimbingan bapaknya yang termasuk salah seorang mujahidin pemberani melawan penjajah Perancis, Sa’id Hawwa muda berinteraksi dengan pemikiran kaum sosialis, nasionalis, Ba’tsi dan Ikhwanul Muslimin. Tetapi akhirnya Alloh memilihkan kebaikan untuknya untuk bergabung dengan ke dalam Jama’ah Ikhwanul Muslimin pada

Abul A’la Maududi

Runtuhnya khilafah pada 1924 mengakibatkan kehidupan Maududi mengalami perubahan besar. Dia jadi sinis terhadap nasionalisme yang ia yakini hanya menyesatkan orang Turki dan Mesir, dan menyebabkan mereka merongrong kesatuan muslim dengan cara menolak imperium ‘Utsmaniah dan kekhalifahan muslim. Disinilah Maududi menjadi lebih mengetahui kesadaran politik kaum muslimin dan jadi aktif dalam urusan agamanya. Namun, saat itu fokus tulisan-tulisannya belum juga mengarah pada kebangkitan Islam. Sayyid Abul A’la Maududi adalah figur

Yusuf al-Qaradhawy

Membicarakan wacana pemikiran Islam modern, orang tak bisa mengabaikan nama DR Yusuf Al Qardhawi. Pemikiran-pemikirannya yang cerdas dan dilambari dalil yang kuat, banyak dijadikan rujukan umat Islam, terutama menghadapi persoalan-persoalan kekinian. Banyak buku ulama Mesir ini yang beredar luas di Indonesia. Antara lain, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Islam Ekstrem, Menyatukan Pemikiran Pejuang Islam, Ulama Versus Tiran, dan Agenda Permasalah Umat. Di mata Qardhawi, umat Islam sudah lama mengidap krisis identitas diri yang

Sayyid Quthb

Tidak lama setelah penembakan terhadap Hasan Al-Bana, terjadilah penangkapan besar-besaran terhadap anggota Ihwanul Muslimin oleh regim Nasser, yang dia waktu itu menjabat sebagai Perdana Menteri dan Ketua Dewan Revolusi Mesir. Anggota Ikhwanul Muslimin yang ditangkap ketika itu sebanyak 10.000 (sepuluh ribu) anggota dan seluruhnya dimasukkan ke dalam penjara, termasuk mereka yang berjasa dalam perang melawan Inggris di Suez. Baru 20 hari sejak penangkapan besar-besaran itu, terdapat 1.000 orang tahanan anggota

Hasan al-Banna

Syeikh Hasan Al-Banna dilahirkan pada tahun 1906, yang dibesarkan dalam keluarga Islam yang taat. Dengan asuhan secara Islam itulah maka ia boleh berkata: “Hanya Islamlah ayah kandungku.” Hal itu kerana rasa cintanya terhadap ajaran Islam, kerana ajaran itulah yang membentuk watak dan keperibadiannya. Ayah kandungnya sendiri adalah Syeikh Ahmad Abdurrahman yang lebih terkenal dengan panggilan as-Sa’ati, atau si tukang jam. Hasan Al-Banna hafal 30 Juz kitab suci Al-Quran, padahal umur