Kategori: Kisah

Syuraih Al-Qadhi dan Ali bin Abi Thalib

Syuraih bin Al-Harits Al-Kindi adalah seorang hakim yang adil dan bijaksana yang diangkat oleh khalifah Umar bin Khattab. Karena keadilan dan kebijaksanannya, beliau tetap dipercaya sebagai hakim oleh khalifah-khalifah setelahnya hingga Mu’awiyyah. Kisah ini menceritakan ketegasan dan keadilan yang ditunjukkan oleh Syuraih ketika menjadi hakim atas perkara yang dialami oleh khalifah Ali bin Abi Thalib. Meskipun Syuraih memiliki hubungan yang sangat erat dengan khalifah Rasulullah Ali bin Abi Thalib, akan

Syuraih Al-Qadhi, Hakim yang Adil dan Bijaksana

Jabatan hakim yang diamanahkan kepada Syuraih ini memiliki kisah yang menakjubkan bersama Umar bin Al-Khattab. Kisah ini muncul dari kecerdasan dan kebijaksanaan Syuraih. Ketika itu Umar terlibat adu mulut dengan seorang laki-laki yang telah menjual kuda kepadanya, dan Umar pun telah membayarkan harga kuda itu kepada pemiliknya. Lalu Umar menunggangi kuda itu dan melanjutkan perjalanannya. Akan tetapi, belum jauh dia meninggalkan tempat itu, tiba-tiba saja kudanya merintih karena luka yang

Umar bin Abdul Aziz dan “penguburannya hidup-hidup”

Kejadian ini terjadi pada masa Al-Walid bin Abdul Malik, saat dihadirkan dimajelisnya seorang laki-laki dari khawarij yang diancam dengan hukuman mati. Al-Walid melihat kepadanya dan menanyainya dengan sekumpulan pertanyaan yang telah dia siapkan untuk membunuhnya, dan dia tidak mungkin selamat darinya. “Apa yang kamu katakan tentang Abu Bakar?” Dia menjawab: “Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam goa, orang kedua saat keduanya berada di dalam goa, mudah-mudahan Allah merahmatinya dan

Imam Malik bin Anas

Nama dan Nasab Beliau Beliau adalah al-Imam Abu Abdillah, Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir bin Amr bin Harits bin Ghaiman bin Khutsail bin Amr bin Harits Dzu Ashbah bin Auf bin Malik bin Zaid bin Syaddad bin Zur`ah Himyar al-Ashghar al-Himyari kemudian al-Ashbahi al-Madani. Ibu beliau bernama Aliyah bintu Syarik al-Azdiyyah. Kelahiran Beliau Beliau dilahirkan pada tahun 93 H di Madinah Sifat-Sifat Beliau Beliau RAH berwajah tampan,

Abu Sufyan bin Harits, Habis Gelap Terbitlah Terang

Ia adalah Abu Sufyan bin Harits, dan bukan Abu Sufyan bin Harb ayah Mu’awiyah. Kisahnya merupakan kisah kebenaran setelah kesesatan, sayang setelah benci dan bahagia setelah celaka …. Yaitu kisah tentang rahmat Allah yang pintu-pintu-nya terbuka lebar, demi seorang hamba menjatuhkan diri diharibaan-Nya, setelah penderitaan yang berlarut-larut … ! Bayangkan, waktu tidak kurang dari 20 tahun yang dilalui Ibnul Harits dalam kesesatan memusuhi dan memerangi Islam … ! Waktu 20

Adi bin Hatim at-Thai

“Adi bin Hatim; Anda beriman saat mereka kafir, Anda patuh dan tunduk saat mereka inkar; Anda menepati janji soat mereka khianat; dan Anda datang saat mereka lari” (Ucapan Umar bin Khatthab) Pada tahun kesembilan hijriyah, beberapa Raja-raja Arab mulia mendekat kepada Islam sesudah mereka lari dari Islam. Hati mereka lembut menerima iman setelah menentang keras. Mereka menyerah, tunduk dan patuh kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sesudah enggan. TersebutIah kisah

Abu Sufyan bin Harb

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan. Supaya Allah memisahkan (golongan) buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya diatas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang

Umar bin Abdul Aziz, anak yang dimimpikan

Saat itu tengah malam di kota Madinah. Kebanyakan warga kota sudah tidur. Seorang setengah baya berbadan tinggi tegap perjalan pelan menyelusuri jalan-jalan di kota. Dia coba untuk tidak melewatkan satupun dari pengamatannya. Menjelang dini hari, pria botak ini lelah dan memutuskan untuk beristirahat. Tanpa sengaja, terdengarlah olehnya percakapan antara ibu dan anak perempuannya dari dalam rumah dekat dia beristirahat. “Nak, campurkanlah susu yang engkau perah tadi dengan air,” kata sang

Ath-Thufail bin Amr ad-Dausi

Ath-Thufail ibnul Amr ad-Dausi merupakan pemimpin kabilah Daus pada masa Jahiliah. la juga salah seorang yang terpandang di kalangan Arab dan salah seorang bangsawan yang berwibawa. Api dapurnya selalu mengepul dan jalan selalu terbuka untuk­nya. Ia senang memberi makan orang yang lapar, melindungi orang yang takut, dan memberi upah para pekerja. Di samping itu, ia juga seorang yang sopan, cerdas, dan pintar, penyair yang halus perasaannya, jelas, dan manis perkataannya.

Kisah Pemudi Yahudi Yang Memeluk Islam

Wahai saudara-saudaraku! Agama ini merupakan sebuah agama yang agung. Jika ada seseorang yang mendakwahkannya dengan lurus dan benar maka jiwa yang suci pasti akan menerimanya, walau apapun agama yang sedang ia anut atau dari bangsa manapun ia berasal. Dalam kisah ini, penulis kisah yang telah kami pilihkan untuk kalian dari jaringan internet berkata, teman wanita pemudi itu berkata, “Aku melihat wajahnya berseri-seri di dalam sebuah masjid yang terletak di pusat