Islam, Al-Quran dan orang-orang sholeh adalah rangkaian yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya akan hilang sebagai tanda semakin mendekatnya hari kiamat. Kehidupan manusia pun kelak benar-benar bebas.
Ketika penulis masih berusia 14 tahun, para orang tua yang tinggal di kampung kerap berujar sewaktu ada orang sholeh yang meninggal dunia. Katagori orang sholeh dalam pandangan mereka adalah ulama besar yang ahli dalam segala bidang ilmu agama dan memiliki pengaruh kuat dalam kehidupan masyarakat. Tanda-tanda akhir zaman sudah mulai bermunculan satu per satu, begitu kata mereka. Bila disimak sepintas, ada benarnya ucapan mereka.
Rasulullah SAW menyatakan, salah satu tanda-tanda kiamat ialah Allah SWT mengangkat ke langit segala ilmu dengan matinya ulama yang sholeh. Sosok ulama bukanlah semata-mata ahli ilmu. Di samping menguasai ilmu-ilmu yang membawa manusia ke arah takwa, mereka juga konsisten (istiqomah) mengamalkan ilmunya. Sehingga terbina generasi yang mampu bersikap takwa pada masa mendatang.
Dalam keterangan lain yang ditulis Ibnu Katsir lewat kitab An-Nihayah, Rasulullah menjelaskan kepada umatnya bagaimana orang-orang sholeh bisa hilang di akhir zaman. Imam Bukhari meriwayatkannya dengan sanad dari Mardas Al-Islami bahwa Rasulullah bersabda; “Orang-orang sholeh akan hilang satu per satu, sehingga tinggallah orang-orang sampah seperti gandum dan kurma serta Allah SWT sama sekali tidak mempedulikan keberadaan mereka.” Maksudnya yang tersisa hanyalah manusia yang tidak berguna.
Tuan Guru Nik Abdul Aziz Nik Mat dalam buku Tazkirah; Melihat Kiamat dari Jendela Al-Quran mengemukakan, apabila ulama yang bertakwa wafat, berarti terangkat ilmu disebabkan Allah SWT tidak mendatangkan penggantinya. Demikian pula dengan terangkatnya ayat-ayat Al-Quran ke langit. Allah SWT akan mengangkat ayat serta surat Al-Quran bukan saja dengan hilangnya ayat-ayat itu dari mushaf. Namun dengan segala ayat-ayat yang terekam di dalam hati manusia juga akan hilang. Apabila mereka yang hafidz (hafal) Al-Quran sudah lupa dengan segala surat-surat yang dihafalnya, berarti Allah SWT telah mengangkat Al-Quran dari dada manusia.
Islam Menjadi Agama Asing
Seperti tercatat dalam sejarah, Islam hadir secara perlahan. Setelah Islam tersebar ke berbagai penjuru, pada akhir zaman Islam kembali redup. Pada saat yang bersamaan, kejahatan merajalela, Al-Quran hilang, ilmu (agama) lenyap, dan Allah SWT mencabut nyawa orang-orang yang dalam jiwanya masih ada iman. Pun orang yang setia pada sunah nabi akan surut jumlahnya. Sementara orang yang melanggarnya secara terbuka bertambah banyak, ada dimana-mana.
‘Abdullah Ibnu Mas’ud meriwayatkan, Nabi Muhammad SAW bersabda; “Islam muncul sebagai sesuatu yang dianggap asing dan ia akan kembali dianggap asing seperti awal kemunculannya. Maka beruntunglah orang-orang yang dianggap asing.” (HR. Muslim) Hadis tersebut menunjukkan sedikitnya jumlah kaum muslimin dan orang yang menyambut serta menerima seruan dakwah, sehingga mereka dianggap aneh oleh masyarakat lain.
Lebih lanjut dipaparkan, orang-orang terasing terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, mereka yang membenahi diri ketika orang-orang telah menjadi rusak. Kedua, orang yang memperbaiki sunah yang telah dirusak orang-orang. Menurut penafsiran para ulama, kelompok kedualah yang lebih tinggi kedudukannya dan lebih sholeh. Imam Al-Awza’i berkata, itu tidak berarti Islam seketika punah, namun ahlussunnah akan kian menghilang hingga di sebuah negara tinggal seorang penganut saja.
Ahlussunnah atau lebih lengkapnya ahlussunnah wal jamaah adalah semua orang Islam yang mengikuti jalan hidup sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya serta mayoritas umat Islam. Mereka mempelajari jalan itu, bertindak sesuai dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain. Mereka terdiri atas ulama, murid-murid mereka dan orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka.
Dalam pernyataan kaum salaf, kita bisa mendapati banyak pujian terhadap sunah dan penggambaran bahwa sunah akan menjadi sesuatu yang dirasa aneh dan jumlah para penganutnya akan menyusut hingga tinggal beberapa saja. Sebab itulah mengapa disebutkan, merekalah orang-orang sholeh yang dikelilingi orang-orang yang kerap berbuat jahat. Pendeknya, orang yang menampik mereka jauh lebih banyak daripada orang yang menaati.
Jika pada masa lalu pendidikan Islam secara umum diarahkan untuk mempelajari Al-Quran, hadis, syariat dan sebagainya, namun kelak hanya ada sedikit pelajaran formal tentang agama Islam, selain minimnya guru agama yang berkualitas. Implikasinya banyak hal yang tidak dipahami secara utuh, sehingga ketidaktahuan generasi muda mengenai agama Islam semakin merajalela. Di samping itu, mereka juga dididik dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad bahwa ‘Ubadah Ibn Al-Shamit berkata kepada salah seorang sahabatnya; “Akan segera tiba suatu masa yang sekiranya kamu masih hidup, kamu akan meyaksikan seseorang yang membaca Al-Quran dengan bahasa Muhammad SAW, mengulang-ulang bacaan, memerintahkan yang dihalalkan dan melarang yang diharamkannya. Statusnya kemudian akan direndahkan dan kedudukannya akan diabaikan oleh kalian. Ia akan dianggap seperti keledai yang sudah mati.”
Memang benar, pada akhir zaman seseorang yang beriman akan direndahkan karena sikapnya yang dipandang aneh oleh orang-orang yang berperilaku buruk. Semua orang akan membenci dan memaki-makinya, karena diangap berani menentang jalan hidup mereka. Orang yang teguh memegang agama akan disebut sebagai pendusta dan orang-orang akan memandangnya seolah-olah ia telah mengkhianati Islam. Orang bukan saja akan menolak kebenaran dan menampik orang jujur, tetapi mereka akan menaruh kepercayaan dan nasib umat Islam di tangan seorang pendusta.
Abu Hurairah meriwayatkan, Nabi Muhammad SAW bersabda; “Sebelum kiamat tiba, akan muncul tahun-tahun penuh penipuan. Ketika itu orang yang jujur akan dicap pendusta, sedangkan seorang pendusta justu akan dipercaya dan orang-orang bodoh akan angkat bicara.” (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah). Dalam bahasa sederhana, ketika ilmu agama diangkat ke langit dan hilang untuk selamanya, manusia akan mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin mereka yang akan menghadapi persoalan dan menjawabnya tanpa dasar pengetahuan agama.
Tanda Dihapusnya Islam
Bagaimana Islam dihapuskan? Adalah Ibnu Majah dan Al-Hakim yang menyampaikan dari Hudzaifah bin Al-Yaman bahwa Rasulullah bersabda; “Islam dihapuskan seperti hilangnya warna baju sampai tidak diketahui apa itu puasa, shalat, haji dan sedekat. Kitabullah dimusnahkan dalam satu malam sampai tidak tersisa satu ayat pun dan yang tersisa adalah kakek-kakek serta nenek-nenek yang mengatakan, ‘kami melihat orang tua kami mengatakan la ilaaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah), maka kami pun mengatakannya’.”
Al-Hakim dalam kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah mengemukakan, hadits di atas shahih, sesuai syarat Imam Muslim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Imam Al-Bushairi menambahkan, sanadnya shahih dan perawinya terpercaya. Orang-orang yang tersisa ini tidak mengetahui Islam kecuali kalimat tauhid yang sudah hilang. Bisa dibayangkan, Al-Quran yang ketika diturunkan kepada Rasulullah melewati masa lebih dari 22 tahun hilang dalam satu malam. Yang dimaksud hilang berarti tidak ada lagi orang yang membaca dan mengetahui isi, apalagi menghapalnya. Perlu disadari, hakekatnya semua peristiwa tersebut tentunya atas kehendak Yang Maha Kuasa.
Kitab Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir mencatat, di antara contoh terhapusnya Islam saat itu terputusnya rukun Islam yang kelima. Maksudnya tidak ada lagi orang yang melakukan ibadah haji dan umrah di Tanah Suci. Dalam Musnad Abu Ya’la dan Mustadrak Al-Hakim diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Abu Said bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Kiamat tidak akan terjadi sampai Kota Mekkah tidak didatangi orang lagi untuk berhaji.” Dari Anas diriwayatkan –seperti tercatat dalam kitab Misykat Al-Mashabih—, Rasulullah bersabda; “Tidak akan terjadi kiamat sampai di bumi Allah tidak disebut-sebut lagi nama ‘Allah’.” (HR. Muslim).
Berkurangnya keberadaan orang-orang sholeh di tengah kehidupan masyarakat, bertambah sedikit jumlah orang yang mempelajari kitab Al-Quran dan terus menurunnya penyebaran Islam menjadi pertanda akan segera berakhirnya umur dunia. Keadaan selanjutnya digambarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Jami’ Al-Ushul dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda; “Allah mengirimkan angin yang lebih lembut dari sutera dari arah Yaman. Angin itu mencabut nyawa setiap orang yang di hatinya terdapat iman walau sebesar atom.”
Sementara dalam kitab Shahih Muslim –Bab Fitnah, sub bab Penyebutan Dajjal—yang disampaikan An-Nawwas bin Sam’an, saat mereka dalam keadaan demikian, Allah SWT mengirimkan angin yang sejuk. Angin itu melewati bagian bawah ketiak mereka, mencabut nyawa setiap mukmin dan muslim. Sehingga tinggallah orang-orang jahat yang bersuka ria seperti keledai. Pada merekalah kiamat terjadi.
Adapun yang dimaksud dengan bersuka ria seperti keledai adalah seorang lelaki bersenggama dengan perempuan di hadapan orang lain (terbuka), sementara mereka tidak merasa jengah akan hal itu. Keadaan ini sesungguhnya menggambarkan tidak adanya tata kaidah yang mengatur perangai masyarakat. Pola hidup manusia layaknya binatang yang mengutamakan nafsu liar daripada akal sehatnya. Nilai agama, moral dan etika kehidupan sudah tidak diindahkan lagi.
Penulis: Lukman Hakim Zuhdi