Ketika Allah mengabulkan doa

Pada jaman dahulu, ada tiga orang yang pergi dan terpaksa harus menginap di sebuah gua. Mereka pun masuk ke dalam gua tersebut. Tiba-tiba ada batu yang jatuh dari gunung hingga menutupi pintu gua tersebut. Mereka lantas berkata, “Sesungguhnya tidak ada yang bisa menyelamatkan kalian dari batu ini, kecuali dengan berdo’a kepada Allah melalui perantara amal shalih kalian.”

Maka salah seorang dari mereka berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku memiliki orang tua yang sudah lanjut. Aku selalu memberinya susu dan tidak memberikan kepada siapa pun sebelum keduanya. Hingga pada suatu hari, aku harus pergi jauh untuk menggembala, sampai aku belum menemui mereka. Aku pun memerah susu untuk keduanya. Ternyata aku dapati ia telah tidur. Aku enggak untuk membangunkan keduanya, tidak juga aku mau memberikan susu ini untuk yang lain sebelum keduanya. Maka, aku pun menunggu keduanya, sambil membawa tempat susu itu dengan tanganku sampai datang waktu fajar. Keduanya lalu bangun dan meminum susu itu. Ya Allah, jika sekiranya aku melakukan itu hanya karena mencari ridha-Mu, maka bebaskan kami dari batu ini.” Setelah lelaki itu membaca do’a, batu itu pun bergeser sedikit.

Kemudian orang yang kedua berkata, “Ya Allah, aku punya sepupu perempuan. Ia yang paling aku cintai dari seluruh manusia, hingga aku menginginkannya. Tetapi ia menolak. Sampai suatu masa paceklik datang. Ia pun datang kepadaku. Aku memberinya 120 dinar dengan syarat ia mau tidur denganku. Ia pun mau, hingga ketika aku telah bersamanya, ia berkata, “Takutlah kepada Allah, janganlah engkau melakukannya kecuali dengan haknya (nikah).” Aku pun meninggalkannya, padahal dia adalah orang yang paling aku cintai. Sedang uang itu pun aku lepaskan untuk dirinya. Ya Allah, sekiranya apa yang aku lakukan itu adalah karena mencari ridha-Mu maka keluarkanlah kami dari kesulitan ini.” Setelah itu, batu itu pun bergeser. Namun mereka bertiga belum bisa keluar.

Kemudian orang yang ketiga berdo’a, “Ya Allah, aku pernah menyewa para pekerja. Lalu aku memberi mereka upahnya. Kecuali seorang pekerja yang meninggalkan apa yang menjadi haknya lalu pergi. Maka upah pekerja yang pergi itu aku kembangkan hingga menjadi harta yang sangat banyak. Sampai suatu hari ia datang seraya berkata, “Wahai hamba Allah, tunaikanlah bayaranku.” Aku pun menjawab, “Seluruh yang engkau lihat itu, dari unta, sapi, kambing, dan budaknya adalah upahmu.” Ia berkata, “Wahai hamba Allah, janganlah engkau menghinaku.” Aku menjawab, “Aku tidak menghinamu.” Kemudian pekerja itu mengambil seluruh hartanya tanpa meninggalkan sedikit pun. “Ya Allah, kalau sekiranya aku melakukan itu karena mencari ridha-Mu, maka keluarkan kami dari kesulitan ini.” Seketika, batu itu pun bergeser hingga mereka pun bisa keluar dan pergi. (HR. Bukhari dan Muslim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *