“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S Ali Imran: 110)
Di dunia olah raga berkumandang motto Vini, Vidi, Vici. Datang, bertanding, dan menang. Dalam kompetisi memang harus ada pemenang. Datang ke suatu kompetisi kemudian bertanding dan menang itu memang idaman setiap atlet. Setiap pagelaran Olimpiade selalu melahirkan manusia yang bermotto citius,altius,fortius. Tercepat,tertinggi,terkuat.
Persoalannya bukan hanya semata menjadi pemenang. Tapi, kemenangan agung itu setelah melewati proses yang benar. Tidak curang dan melewati aturan yang telah disepakati bersama. Sportif. Tidak pula lewat sogokan ke wasit.
Para atlet pun berlatih sungguh-sunggguh. Mereka juga melewati serangkaian seleksi dari mulai RT, RW, provinsi hingga nasional. Dalam melewati sebuah kompetisi tak hanya teknik, tapi juga menyangkut gizi asupan makanan dan juga mental psikologis. Selain pelatih yang brilian, ada lagi faktor lain yakni dukungan penonton.
Maka untuk mencapai sebuah kemenangan, para atlet berlatih keras. Lebih baik berpeluh saat latihan daripada berdarah-darah ketika pertandingan. Disiplin adalah kuncinya. Hanya yang terbaik yang terpilih.
Jadi, medali di tangan seorang atlet adalah kebanggan. Nilai intrinsiknya ada pada proses pencapaiannya. Proses yang meliputi persyaratan lengkap. Dari mulai latihan,pendaftaran, pertandingan hingga final menentukan satu pemenang.
Dunia adalah medan kompetisi yang luas. Mulai dari diri kita sendiri, dihati kita sudah terjadi pertarungan. Bahkan ketika memasuki rahim ibu, kita adalah pemenang setelah melewati ribuan sel yang bertarung untuk lolos menjadi sebuah janin.
Disadari atau tidak, di keluarga juga terjadi persaingan. Sayang kalau sebagai orang tua hanya memperhatikan pekerjaan dibandingkan keluarganya yang hancur. Tidak mempersiapkan anak-anak kita untuk menjadi petarung yang handal.
Rasulullah SAW dalam haditsnya mengatakan, pendidikan anak diutamakan melatih anak tersebut dengan tiga hal: berenang, berkuda dan memanah. Ternyata berenang menggambarkan kekuatan, semua otot bergerak. Artinya semua potensi dikerahkan. Satu kaki saja yang bergerak,maka keseimbangan akan kacau.
Berkuda menggambarkan kecepatan. Selain itu menggambarkan suatu keharmonisan. Kesatuan antara manusia dan sistem. Bagaimana sistem bekerja antara kuda dan penunggangnya seakan satu kesatuan. Ternyata naik kuda harus seirama,sejiwa, dengan hewan tunggangan kita itu. Kalau tidak kita akan terpental. Benar kita yang mengendalikan, tapi sistem juga menuntut penunggangnya harus sejalan.
Memanah menggambarkan ketepatan atau akurasi. Apa artinya kuat dan apa artinya cepat, kalau ternyata tidak sampai pada tujuan? Tujuan akhir atau gol adalah penting dalam setiap misi. Dan tujuan akhir ini harus mengantarkan kita pada suatu cita-cita yang besar yang sesungguhnya.
Begitulah seorang muslim dan tujuan hidupnya. Dia menyiapkan diri secara pribadi kemudian masuk ke sebuah sistem (jamaah) lalu fokus pada tujuannya (istiqamah). Untuk mencapai itu semua itu tidak ada cara lain selain disiplin dan kerja keras. Umar bin Khatab menghardik orang yang terus-terusan berdoa di masjid tanpa bangkit bergerak.
Jadi kalau kita berdoa agar Allah SWT membimbing kita ke jalan yang lurus atau ingin mengubah hidup ke arah yang lebih baik, atau ingin mendapatkan rezeki yang banyak maka kita harus bangun. Karena bagaimana mungkin menuntun kita berjalan sementara kita duduk.
Orang yang sukses dalam kehidupan mereka rahasianya adalah mereka berpikir tentang apa yang paling mereka inginkan. Artinya banyak menyebut apa yang diidam-idamkannya. Selalu menjadi bahan perbincangan dimanapun berada. Kemudian dipikirkan menjadi sebuah rumusan langkah. Dari situ menjadi sebuah peta yang harus dia jelajahi.
Sudahkah Anda memiliki tujuan hidup yang jelas?
Sumber : Sabili No.22 Th.XVI