Setelah kita mengetahui sejarah yang terekam tentang wafat Rasulullah saw, bagaimana beliau menghadapi beratnya sakaratul maut sebelum beliau berpulang kepada Rabb-nya, maka berikut ini penulis paparkan kisah para khulafa` rasyidin di atas ranjang kematian, mereka adalah para penerus Rasulullah saw, para sahabat yang paling dekat kepada beliau, orang-orang paling mulia umat ini setelah nabinya, walaupun mereka telah dijamin surga oleh Rasulullah saw, mereka tetap takut kepada Allah. Ini artinya kematian memang bukan sesuatu yang patut diremehkan, semoga Allah memberi pertolongan.
Menjelang ajal, khalifah Rasulullah saw, Abu Bakar ash-Shiddiq berkata, “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.” Lalu dia berkata kepada putrinya Aisyah, “Perhatikanlah kedua baju ini, cucilah keduanya dan kafanilah aku dengan keduanya, karena orang yang hidup lebih berhak mendapatkan yang baru daripada orang mati.”
Menjelang ajal, dia berwasiat kepada Umar, “Aku mewasiatkan sebuah wasiat untukmu jika kamu berkenan menerimanya dariku, ‘Sesungguhnya Allah mempunyai hak di malam hari yang tidak diterima di siang hari. Allah mempunyai hak di siang hari yang tidak diterima di malam hari. Dia tidak menerima ibadah sunnah sebelum ibadah faridhah (yang wajib) ditunaikan. Beratnya timbangan orang-orang di akhirat adalah karena mereka mengikuti kebenaran di dunia dan itu berat atas mereka, dan timbangan di mana kebenaran diletakkan di atasnya memang berhak untuk menjadi berat, sementara ringannya timbangan orang-orang di akhirat adalah karena mereka mengikuti kebatilan dan itu ringan bagi mereka, dan timbangan di mana kebatilan diletakkan di atasnya memang berhak untuk menjadi ringan.”
Ketika Amirul Mukminin Umar ditikam, Abdullah bin Abbas datang dan berkata, “Ya Amirul Mukminin, engkau masuk Islam manakala orang-orang masih kufur. Engkau berjihad bersama Rasulullah saw manakala orang-orang membiarkan beliau. Engkau terbunuh secara syahid tanpa ada yang menyangkal. Rasulullah saw wafat sementara beliau ridha kepadamu.”
Umar berkata kepadanya, “Ulangi ucapanmu itu.” Lalu Ibnu Abbas mengulanginya. Umar menjawab, “Orang yang tertipu adalah orang yang telah kalian tipu. Demi Allah seandainya aku memiliki harta yang memenuhi antara terbit dan terbenamnya matahari niscaya aku akan menebus ketakutan Kiamat dengannya.”
Abdullah bin Umar berkata, Kepala Umar berada di atas pahaku pada waktu dia sakit di mana dia mati padanya. Umar berkata, “Letakkan kepalaku di atas tanah.” Aku menjawab, “Apa bedanya di atas tanah dan di atas pahaku?” Umar berkata, “Tidak ada ibu bagimu, letakkan di atas tanah.” Abdullah berkata, “Lalu aku meletakkannya di tanah.” Dia berkata, “Celaka Umar, celaka ibuku jika Tuhanku Azza wa Jalla tidak merahmatiku.”
Amirul Mukminin Usman bin Affan, ketika para pembangkang menikamnya dan darah mengalir di jenggotnya. Dia berkata, “Tiada Tuhan yang hak kecuali Engkau. Mahasuci Engkau dan sesungguhnya dahulu aku termasuk orang-orang zhalim. Ya Allah sesungguhnya aku memohon petunjuk kepadaMu. Aku memohon pertolongan kepadaMu dalam segala urusanku. Aku memohon kepadaMu kesabaran atas musibahku.”
Ketika Usman wafat syahid mereka membongkar almarinya. Mereka menemukan sebuah kotak yang terkunci rapat, mereka membukanya, ternyata isinya adalah secarik kertas yang bertuliskan, ‘Ini adalah wasiat Usman. Bismillahir Rahmanir Rahim. Usman bin Affan bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq selain Allah Yang Maha Esa tidak ada sekutu bagiNya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, Allah membangkitkan orang-orang dari kubur mereka pada hari yang tidak ada keraguan padanya. Sesungguhnya Allah tidak menyelisihi janji, di atasnya dia hidup, di atasnya dia mati dan di atasnya dia dibangkitkan insya Allah.”
Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib berkata setelah dia ditikam, “Bagaimana dengan orang yang menikamku?” Mereka menjawab, “Kami telah menangkapnya.” Ali berkata, “Beri dia makan dari makananku, beri dia minum dari minumanku. Jika aku masih hidup maka nanti akan aku pikirkan. Jika aku mati maka penggallah cukup sekali jangan lebih.”
Kemudian Ali mewasiatkan kepada al-Hasan, “Jangan bermahal-mahal dalam urusan kafan, karena aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Janganlah kalian bermahal-mahal dalam urusan kafan karena ia akan usang dengan cepat.”
Ali mewasiatkan “Bawalah aku di antara dua cara berjalan, jangan membawaku dengan tergesa-gesa dan jangan memperlambat. Jika memang baik maka kalian telah menyegerakanku kepadanya, jika selain itu maka kalian segera meletakkanku dari pundak kalian.”
(Izzudin Karimi – Al-Sofwah)