Pernah saya beri’tikaf di Masjidil Haram pada saat cuaca sangat panas, sejam menjelang shalat Zhuhur. Tiba-tiba seorang lelaki yang sudah sangat tua berdiri dan memberikan air dingin kepada orang-orang yang hadir di tempat itu. Tangan kanannya memegang sebuah gelas, dan tangan kirinya memegang yang sebuah lagi. Dia memberi minum jamaah dengan air zam-zam. Setelah seseorang selesai minum maka dia kembali mengambil air dan kembali memberi minum kepada yang lain.
Sudah sekian banyak orang yang dia beri minum. Saya lihat keringatnya mengucur deras sedangkan orang-orang hanya duduk menunggu giliran mendapatkan air minum dari orang tua tadi. Saya kagumm kepada semangat, kesabaran dan kecintaannya kepada kebaikan, serta wajahnya yang selalu menebar senyum saat memberi minum.
Akhirnya, saya tahu bahwa kebaikan itu sangat mudah dilakukan oleh siapa saja yang oleh Allah dimudahkan untuk melakukannya. Allah memiliki simpanan kebaikan yang banyak sekali, yang akan mengaruniakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan, Allah juga mengalirkan keutamaan, meski sedikit, kepada orang-orang yang baik yang senang melakukan kebaikan kepada sesama dan tidak senang melihat keburukan menimpa sesama.
Abu Bakar siap menempuh semua bahaya pada saat hijrah untuk melindungi Rasulullah. Hatim rela tidur dalam keadaan lapar asal tamu-tamunya kenyang. Abu Ubaidah tidak tidur malam di tengah tentaranya yang nyenyak tertidur.
Umar bin al-khaththab keliling kota Madinah pada saat penduduk Madinah sedang terlelap tidur. Pada musim paceklik, Umar hanya bisa membolak-balikkan badan karena lapar, karena makanannya sendiri dia bagikan kepada rakyatnya.
Abu Thalhah menjadikan dirinya sebagai tameng pada perang Uhud untuk melindungi Rasulullah dari gempuran anak panah. Ibnul Mubarak memberi makanan kepada orang lain padahal dia sendiri dalam keadaan puasa.
Contoh-contoh bak bintang-bintang bahkan lebih tinggi, laksana fajar saat mau menjelang.
Dan, mereka memberikan makan yang disukainya kepada orang yang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (QS Al-Insaan: 8)
[Laa Tahzan, Jangan Bersedih. Aidh Al-Qarni]