Ikhwal Diangkatnya Isa putra Maryam dari Bumi ke Langit

“Maka laknat pun ditimpakan lantaran mereka melanggar janjinya, kafir kepada ayat-ayat Allah, membunuh para nabi tanpa hak, dan mengatakan, “Hati kami tertutup.” Justru Allah telah mengunci mati hati mereka lantaran kekafiran mereka. Maka mereka tidak beriman kecuali segelintir orang. Dan karena kekafirannya dan tuduhannya terhadap Maryam berupa kebohongan yang besar serta ucapannya, “Sesungguhnya kami telah membunuh Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah.” Tidaklah mereka membunuh dan menyalibnya, namun seseorang telah dijadikan mirip Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih mengenai hal itu benar-benar berada dalam keraguan ihwal orang yang dibunuh. Mereka tidak memiliki keyakinan ihwal orang yang dibunuh melainkan hanya mengikuti dugaan. Mereka tidak yakin bahwa yang dibunuh itu Isa. Justru Isa itu diangkat Allah kepada-Nya. Adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Tidak ada sorang pun dari Ahli Kitab melainkan dia akan benar-benar beriman kepadanya sebelum dia meninggal dan pada hari kiamat dia akan menjadi saksi bagi mereka.” (QS. An-Nisa’, 4:155-159)

Tafsiran Ibnu Katsir Tentang Ayat di atas dan Mengenai Diangkatnya Isa putra Maryam dari Bumi ke Langit

Ini merupakan bagian dari dosa yang mereka lakukan, dosa yang memastikan mereka dilaknat, diusir, dan dijauhkan dari petunjuk. Dosa mereka ialah mengingkari perjanjian yang telah diberlakukan atas mereka dan kafir kepada ayat-ayat Allah, yakni kepada hujjah, dalil, dan berbagai mukjizat yang mereka saksikan melalui para nabi a.s.. Firman Allah Ta’ala, “Membunuh para nabi tanpa hak.” Dosa ini disebabkan dosa mereka sudah demikian banyak dan terlampau pongah terhadap para nabi Allah, sebab mereka telah membunuh sejumlah besar nabi a.s.. “Dan mengatakan, ‘Hati kami tertutup.”‘ Ibnu Abbas dan sekelompok tabi’in menafsirkannya dengan: “berada dalam liputan”. Seolah-olah mereka mengemukakan alasan kepada Allah bahwa hati mereka tidak menyadari apa yang dia katakan, sebab hati itu berada dalam tempat yang tertutup dan rapat. Ada juga orang yang menafsirkan demikian: mereka mengaku-aku bahwa hatinya tertutup untuk mengetahui suatu. Yakni, kesadaran untuk menerima ilmu telah tertutup dan terhalangi. Demikianlah menurut riwayat al-Kalabi dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas.

Kemudian Allah berfirman guna membantah mereka, “Justru Allah telah mengunci mati hati mereka lantaran kekafiran mereka.” Pengakuan mereka dibalikkan dari segala arah. Pembicaraan mengenai perkara seperti ini telah dikemukakan dalam surat al-Baqarah yang berbunyi, “Maka mereka tidak beriman kecuali segelintir orang,” yakni hati mereka sudah lentur untuk kafir, durhaka, dan memiliki iman yang minim. “Dan karena kekafirannya dan tuduhannya terhadap Maryam berupa kebohongan yang besar.” Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas: Yakni, mereka menuduh Maryam berbuat zina. Penafsiran demikian diberikan pula oleh sekelompok ulama salaf, dan itulah zahir ayat. Yakni, Maryam mengandung anaknya sebagai hasil perzinaan. Ulama lain menambahkan: Padahal ketika itu Maryam sedang haid. Semoga laknat Allah yang terus-menerus menimpa mereka hingga hari kiamat. “Dan ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Almasih Isa bin Maryam, Rasul Allah,”‘ yakni orang yang mengaku mendapatkan kedudukan demikian telah kami bunuh. Ucapan mereka itu dimaksudkan untuk membungkam dan mengolok-olok Maryam, seperti ucapan kaum musyrik, “Hai orang yang telah diturunkan adz-Dzikr kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang gila.”

Kisah ihwal kaum Yahudi –semoga laknat, murka, marah, dan siksa Allah ditimpakan atas mereka– menyebutkan bahwa tatkala Allah mengutus Isa bin Maryam dengan membawa penjelasan dan petunjuk, maka Yahudi iri terhadap apa yang telah diberikan Allah kepadanya seperti kenabian, berbagai mukjizat yang cemerlang seperti kemampuan Isa menyembuhkan orang yang buta karena bawaan, kusta, menghidupkan mayat dengan izin Allah, membuat sebentuk burung dan meniupkan ruh kepadanya hingga ia terbang sebagai burung atas izin Allah Azza wa Jalla. Walaupun demikian, kaum Yahudi tetap mendustakan, menyalahi, berupaya menyakitinya dengan segala muslihat yang dapat mereka terapkan hingga Nabi Allah Isa Ibnu Maryam tidak diberi kesempatan menetap di suatu negeri, melainkan dia dan ibundanya banyak berkelana ke daerah lain. Hal itu belum memuaskan mereka juga. Kemudian mereka berupaya melancarkan muslihat dengan mengadukan Isa kepada raja Damaskus saat itu. Sang raja adalah orang musyrik karena sebagai penyembah bintang. Para pemeluk agama sang raja disebut Yunan. Kemudian kaum Yahudi menyampaikan berita kepada raja itu bahwa di Baitul Maqdis terdapat seorang laki-laki yang menghasut dan menyesatkan manusia serta merongrong kekuasaan raja melalui rakyatnya. Maka raja pun murka, lalu dia menulis surat kepada wakilnya di Baitul Maqdis supaya membunuh orang tersebut, menyalibnya, dan memasangi duri di kepalanya.

Setelah surat sampai maka Gubernur Baitul Muqaddas segera menjalankan perintah raja. Dia bersama sekelompok orang Yahudi pergi ke rumah di mana Isa berada. Ia tengah berada bersama para sahabatnya yang berjumlah 12 atau 13 orang. Ada yang mengatakaan bahwa saat itu hari Jum’at sore menjelang malam Sabtu. Mereka mengepung Isa di sana. Setelah Isa mengetahui kedatangan mereka dan mereka tidak dapat menyerang dirinya juga dirinya tak dapat melepaskan diri dari mereka, maka dia berkata kepada para sahabatnya, “Siapakah di antara kalian yang bersedia diserupakan denganku dengan imbalan ia menjadi temanku di surga?” Maka salah seorang pemuda di antara mereka menawarkan diri. Isa merasa iba kepada pemuda itu sehingga dia mengadukan tawaran dua hingga tiga kali. Namun, tak ada seorang pun yang tampil kecuali pemuda itu. Maka Isa berkata, “Engkaulah yang akan diserupakan denganku.” Maka Allah menyerupakan dia dengan Isa salah-olah dia adalah Isa. Kemudian dibukalah ventilasi atap rumah dan Isa pun dilanda rasa kantuk kemudian dia diangkat ke langit sebagaimana adanya. Hal itu sebagaimana dikatakan Allah, “Dan ingatlah ketika Allah berfirman, ‘Hai Isa, sesungguhnya Aku akan me-nyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepadaku”‘ (Ali Imran: 55). Setelah Isa diangkat, maka para sahabat pun keluar. Tatkala pengepung melihat pemuda itu, mereka menduga bahwa dia adalah Isa sehingga ia pun ditangkap pada malam hari, kemudian disalib dan dipasangi duri pada kepalanya. Kaum Yahudi kelihatan sangat bernafsu dalam upaya menyalibnya serta bersuka ria karenanya. Beberapa kelompok Nasrani, dengan kedunguan dan kebodohannya, memberi salam kepada kaum Yahudi, padahal sebelumnya mereka berada di rumah bersama Isa serta mereka juga menyaksikan pengangkatan Isa ke langit.

Kaum yang lain menduga seperti dugaan Yahudi bahwa yang disalib adalah Isa a.s.. Allah telah menjelaskan, menerangkan, dan melahirkan persoalan itu di dalam Al-Qur’anul-‘Azhim yang diturunkan kepada Rasul-Nya yang mulia. Maka Dia Yang Mahatinggi, Yang paling benar perkataan-Nya di antara orang-orang yang berkata, Yang melihat segala rahasia dan kesamaran, dan Yang Maha Mengetahui terhadap perkara yang telah dan akan terjadi berfirman, “Tidaklah mereka membunuh dan menyalibnya. Namun, seseorang telah dijadikan mirip Isa bagi mereka.” Mereka melihat orang yang dimiripkan dengan Isa lalu menduganya sebagai Isa. Oleh karena itu, Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang berselisih mengenai hal itu benar-benar berada dalam keraguan ihwal orang yang dibunuh. Mereka tidak memiliki keyakinan tentang orang yang dibunuh melainkan hanya mengikuti dugaan.” Yang dimaksud oleh ayat ini ialah kaum Yahudi yang mengaku telah membunuh Isa dan kaum Nasrani dungu yang memberi salam kepada mereka. Oleh karena itu, Allah berfirman, “Mereka tidak yakin bahwa yang dibunuh itu Isa. Justru Isa itu diangkat Allah kepada-Nya. Adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” Yakni, Dzat-Nya berdaya tangkal, tidak dapat dicederai, dan orang yang berlindung ke pintu-Nya tidak akan dapat dicederai dengan paksa; Mahabijaksana dalam segala perkara yang ditakdirkan dan ditetapkan-Nya. Kepunyaan Allahlah hikmah yang baik dan hujjah yang kuat.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas ihwal cerita Isa dan pengangkatannya ke langit yang intinya tidak bertentangan dengan kisah yang dipaparkan tadi. Ibnu Abbas berkata, “Jamaah Nabi Isa berselisih menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama berkata, ‘Allah (Isa) bersama kita sampai saat yang dikehendaki-Nya kemudian Dia naik ke langit.’ Mereka adalah kelompok Ya’kubiah. Kelompok kedua mengatakan, ‘Putra Allah ada bersama kami sampai saat yang dikehendaki Allah. Kemudian Allah mengangkatnya kepada-Nya.’ Mereka adalah kelompok Nasturiyah. Kelompok ketiga mengatakan, ‘Hamba dan Rasul Allah ada bersama kami hingga saat yang dikehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya ke langit. Mereka adalah kelompok muslim.’ Kedua kelompok yang kafir bekerja sama guna mengalahkan kelompok muslim. Islam senantiasa kabur hingga Allah mengutus Muhammad saw.. Sanad riwayat ini sahih dan sampai kepada Ibnu Abbas. Nasa’i, dan ulama salaf yang jumlahnya tidak hanya seorang meriwayatkan juga bahwa Isa berkata kepada para sahabatnya, “Siapakah di antara kalian yang bersedia diserupakan dengan aku, lalu d1bunuh untuk menggantikan aku, maka ia akan menjadi temanku di surga.” Adapun kaum Hawariy berjumlah 12 orang. Mereka adalah Petrus, Yakobus, Johanes saudara Yakobus, Andreas, Filipus, Ibnu Yalma, Matius, Thomas, Ya’qub anak Alfeus, Tadeus, Qatabiya, dan Yudas Iskariot.

Ibnu Ishak meriwayatkan, “Menurut cerita yang disampaikan, yakni melalui literatur, orang yang diserupakan itu bernama Sarjis.” Jumlah sahabat Isa ialah 12 orang, selain Isa. Jumlah ini ditolak oleh kaum Nasrani, karena Nasrani tidak rnengakui adanya orang yang dimiripkan dengan Isa. Ibnu Ishak berkata, “Saya tidak tahu apakah Sarjis itu termasuk yang 12 orang atau yang 13 orang.” Yudas-lah yang dibunuh dan dijadikan mirip Isa bagi kaum Yahudi. Orang-orang Yahudi yang membunuh Yudas tidak mengetahui rupa Isa hingga mereka memberi Yudas Iskariot 30 keping uang perak agar dia mau menunjukkan kepada mereka dan menunjukkan ciri-ciri Isa. Yudas berkata kepada kaum Yahudi, “Jika kalian masuk ke tempatnya, maka saya akan menciumnya. Orang yang saya ciumlah yang harus kalian tangkap.” Tatkala kaum Yahudi masuk, Isa telah diangkat ke langit, dan Sarjis tampak seperti Isa, maka tidak diragukan lagi bahwa dialah Isa. Kemudian Yudas mendesak dan mencium Sarjis yang dikiranya Isa. Lalu kaum Yahudi menangkap dan menyalibnya. Kemudian Yudas Iskariot menyesali perbuatannya, lalu dia gantung diri dengan tambang. Yudas dilaknat oleh kaum Nasrani. Sebagian kaum Nasrani berpandangan bahwa Yudas Iskariot-lah yang diserupakan dengan Isa seperti pandangan kaum Yahudi yang kemudian disalib. Yudas berkata, “Bukankah aku temanmu dan akulah yang menunjukkan Isa kepadamu.” Wallahu a’lam, siapakah yang diserupakan dengan Isa. Demikianlah, Isa telah diangkat ke langit dalam keadaan hidup.

Firman Allah Ta’ala, “Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab melainkan dia akan benar-benar beriman kepadanya sebelum dia meninggal dan pada hari kiamat dia akan menjadi saksi bagi mereka.” Ibnu Jarir berkata, “Ahli takwil berikhtilaf mengenai maksud ayat itu. Sebagian mereka mengatakan bahwa hal itu terjadi sebelum kematian Isa. Pada saat itu Ahli Kitab membenarkan Isa, ketika dia turun untuk membunuh Dajjal sehingga agama-agama itu menjadi satu, yaitu agama Islam yang hanif, yakni agama Ibrahim a.s..”

Orang yang berpendapat demikian meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan dari Said bin Jubeir sehubungan dengan firman Allah, “Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab melainkan dia akan benar-benar beriman kepadanya sebelum dia meninggal,” yakni sebelum Isa meninggal. Pendapat Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh al-Aufi juga seperti itu. Abu Malik berkata, “Keimanan seluruh Ahli Kitab itu terjadi tatkala turunnya Isa dan sebelum kematiannya. Pendapat inilah yang paling benar, seperti yang akan kami jelaskan dengan dalil gath’i, insya Allah, dan kepada-Nyalah kami menaruh kepercayaan.”

Terdapat bermacam-macam penafsiran mengenai hal itu. Namun, penafsiran yang paling sahih ialah yang pertama, yaitu tidak ada seorang Ahli Kitab pun, setelah turunnya Isa a.s., melainkan dia beriman kepadanya sebelum kematian Isa a.s.. Inilah pendapat yang sahih, sebab itulah yang dimaksud oleh konteks ayat dalam menegaskan kebatilan pengakuan Yahudi bahwa mereka telah berhasil membunuh dan menyalibnya yang dipercayai oleh sejumlah orang Nasrani yang bodoh. Kemudian Allah memberitahukan bahwa persoalannya bukanlah demikian. Namun, seseorang telah diserupakan –dalam pandangan Yahudi– lalu orang itu dibunuh, dan mereka pun tidak meminta keterangan ihwal siapa orang itu yang sebenarnya. Kemudian Isa diangkat ke langit. Jadi, dia masih tetap ada dan hidup serta akan turun sebelum hari kiamat seperti ditunjukkan oleh sejumlah hadits mutawatir yang akan kami sajikan, insya Allah. Kemudian Isa akan membunuh Almasih gadungan, menghancurkan salib, membunuh babi, dan menghapuskan pajak. Artinya, Isa tidak mau menerima jizyah dari pemeluk agama apa pun. Ia hanya memberi pilihan: masuk Islam atau dibunuh.

Tujuan dari penegasan ihwal keberadaan Isa, kehidupannya berlanjut di langit, dan bahwa dia akan turun sebelum hari kiamat ialah untuk mendustakan kaum Yahudi dan Nasrani yang pendapat keduanya tentang Isa berbeda-beda, kontradiktif, berlainan arah, bertentangan, dan tidak mengandung kebenaran sehingga kaum Yahudi berlebihan dan dilebihkan lagi oleh Nasrani, lalu Yahudi mengurangi apa yang dilebihkan Nasrani berupa berbagai keagungan yang diberikan kepada Isa dan ibunya, lalu Nasrani pun memojokkan Yahudi sehingga mereka menyandarkan hal-hal yang tidak ada kenyataannya kepada nabinya. Mereka menaikkan nabi mereka masing-masing dari derajat kenabian kepada derajat ketuhanan. Mahasuci Allah dari hal-hal yang dilontarkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Mahabersih dan Kudus, tiada tuhan melainkan Dia.

[Tafsir Ibnu Katsir Jilid I, GIP]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *