Bulan: Mei 2004

Syaikh Muhammad Al-Munqadir

SYEH Muhammad al-Munqadir terkenal akan kehidupan membujangnya yang sangat lama. Bukan apa-apa, ia sangat miskin. Ia tidak memiliki harta untuk membayar mahar pernikahannya. Bayangkan, ia hanya memiliki pakaian yang melekat di badannya dan sebuah tempat tidur yang usang. Tetapi, ia ridha dan menjalaninya sebagai ujian dari Allah swt. “Terima kasih, ya Allah. Aku masih selalu diberi kesehatan yang membuatku bisa terus-menerus beribadah dan bermunajat kepada-Mu,” doa Syeh Muhammad al-Munqadir suatu

Salam Bagimu ya Rasulullah

Rindu kami padamu ya Rasul Rindu tiada terperi Berabad jarak darimu ya Rasul Seakan dikau di sini Cinta ikhlasmu pada manusia bagai cahaya suwarga Dapatkah kami membalas cintamu secara bersahaja (Taufik Ismail) eramuslim – Air mata ini mengalir begitu saja. Syair itu begitu indah dan bersahaja. Aku tak sangup untuk mendengarnya sampai bait akhir. Tulus suara dan ungkapan kasih yang bening, keluar dari bibir siswi SMU itu. Syair yang dinyanyikannya

Sebuah Parade Ukhuwah

alhikmah.com. Sebuah kisah nyata seperti yang di utarakan oleh Drs. Umar Ali Yahya dan Syarifuddin. Ukhuwah intinya ‘MEMBERI ‘. Memberi tanpa mengharapkan balasan Dan mengharap balasan hanya dari Allah SWT Ukhuwah dan keimanan seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, maka dari itu jika salah satu tidak ada maka yang lainnya pun sirna. Tingkat ukhuwah terendah ialah bersih hati dan berbaik sangka pada saudaranya sedangkan tingkat ukhuwah tertinggi ialah