Bulan: April 2004

Lir Ilir

Lir ilir tandure wus sumilir Tak ijo royo-royo Tak sengguh temanten anyar Bocah angon bocah angon penekno blimbing kuwi Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodot-iro Dodot-iro dodot-iro lumintir bedah ing pinggir Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore Mumpung jembar kalangane Mumpung padhang rembulane Yo surako Surak: Hiyyoo! ILIR-ILIR Kepemimpinan Blimbing Hikmah Sunan Ampel ———————————————————————- “Lir-Ilir. Tandure Wus Sumilir. Tak Ijo Royo-Royo. Tak Sengguh Temanten Anyar.” Menggeliatlah dari matimu, tutur Sunan. Siumanlah

Abul Ash bin Rabi al-Absyami al-Quraisyi

Abul Ash bin Rabi al-Absyami al-Quraisyi, seorang pemuda kaya, tampan-rupawan, mempesona setiap orang yang memandang kepadanya. Dia berkecimpung dalam kenikmatan, dengan status sosial yang tinggi sebagai bangsawan. Dia menjadi model bagi ahli-ahli penunggang kuda bangsa Arab dengan segala persoalannya, kesombongan, ciri-ciri kemanusiaan, kesetiaan, dan kebangsaaan warisan nenek moyang atau turunan. Abul Ash memang mewarisi dari Quraisy bakat dan keterampilan berdagang pada dua musim, yaitu musim dingin dan musim panas. Kendaraannya

Abu Thalhah Al-Anshary

Zaid bin Sahal an-Najjary alias Abu Thalhah mengetahui bahwa perempuan bernama Rumaisha’ binti Milhan an-Najjariyah, alias Ummu Sulaim, hidup menjanda sejak suaminya meninggal. Abu Thalhah sangat gembira mengetahui Ummu Sulaim merupakan perempuan baik-baik, cerdas, dan memiliki sifat-sifat perempuan yang sempurna. Abu Thalhah bertekad hendak melamar Ummu Sulaim segera, sebelum laki-laki lain mendahuluinya. Karena, Abu Thalhah tahu, banyak laki-laki lain yang menginginkan Ummu Sulaim menjadi istrinya. Namun begitu, Abu Thalhah percaya