Sabili No.4 Th.IX
Sebagai negarawan dan politikus yang cerdik dan kritis yang tiada henti-hentinya menyerang kebijakan dan tingkah laku pemerintah, terutama kepada Gubernur Mu’awiyah di Damaskus. Maka Abu Dzar Al-Ghifari dianggap penentang dan pengusik kekuasaan. Akan tetapi karena beliau adalah salah seorang ahabat Rasulullah yang terkemuka, maka Mu’awiyah hanya tinggal diam.
Namun, serangan dan kritik Abu Dzar dilaporkan ke khalifah Utsman bin Affan karena kuping Mu’awiyah tak tahan. Tak berapa lama ia dipanggil dan dinasehati agar bersikap bijaksana dan agak lunak. Sebagai orang yang teguh pendirian, ia tetap tidak mau meninggalkan kebiasaannya itu, bahkan semakin berani, karena ia yakin ia berada di pihak yang benar.
Akhirnya ia pun harus diasingkan ke Rabazah, kampung terpencil yang terdiri dari padang pasir, puluhan kilometer dari Madinah. Di permukiman yang baru itu ia hanya ditemani oleh istrinya. Meski hidup yang serba kekurangan, dijalaninya cobaan itu dengan penuh keihklasan dan kesabaran. Tak ada rasa menyesal, membenci khalifah, atau pun dendam kesumat.
Selang beberapa lama, khalifah Utsman ingin menguji ketabahan Abu Dzar. Sang khalifah menyuruh seseorang untuk menyerahkan sekantong uang kepadanya. “Saya disuruh khalifah mengirim uang ini untuk Anda,” kata orang itu.
“Untuk apa uang ini?” tanya Abu Dzar penuh keheranan.
“Maaf, saya adalah seorang budak, jika Anda menerimanya saya akan dimerdekakan seseorang,” jelas utusan tersebut.
Abu Dzar harus memeras pikirannya, karena harus memilih dua hal yang sama-sama membingungkan. Jika memilih uang, ia tidak tahu dari mana uang itu, mengapa diberikan kepadanya. Ini berarti ia menerima uang panas. Tapi jika menolak pemberiannya, ini berarti bahwa ia telah menolak utusan itu untuk dibebaskan dari statusnya sebagai budak.
“Saya tahu kondisi Anda. Akan tetapi dengan berat hati, saya tidak bisa menerima uang subhat itu,” jawab Abu Dzar sampai meneteskan air mata tanda kesedihan.
Utusan itu penasaran, “Alasan apa sehingga Anda menolak uang sebanyak ini tanpa harus keluar keringat?”
“Saudaraku, ketahuilah! Jika aku menerimanya, maka akulah yang menjadi budak dan Anda jadi merdeka. Ingatlah, tidak ada keinginan sedikit pun dalam hatiku untuk menjadi budak kekuasaan dan kekayaan dunia,” jawab Abu Dzar singkat. Utusan tersebut dibuat keheranan.