Sabili No.16 Th.IX
Suatu ketika, Syafiq Al-Balkhi bertanya kepada muridnya, Hatim Al-Asham, “Apakah pelajaran yang dapat engkau petik sejak menemaniku?”
Mendengar pertanyaan dari Sang Guru, Hatim menjawab, “Ada enam pelajaran yang dapat aku petik. Pertama, ketika aku melihat manusia selalu mencemaskan masalah rezeki sedangkan mereka bakhil dengan apa yang sudah mereka dapat dan tamak dengannya. Karena aku termasuk makhluk yang menjalar di muka bumi, maka aku tidak meresahkan hatiku apa yang telah dijamin Yang Maha Kuasa.”
Syafiq mendengar dengan seksama, “Bagus”, ujarnya.
“Yang kedua, karena aku melihat semua orang mempunyai teman yang menjadi tempat pengaduannya untuk mengatakan semua permasalahan dan rahasianya, sedangkan mereka tidak membelanya pada waktu temannya susah. Aku menjadikan amal shaleh sebagai temanku agar ia dapat membantuku pada waktu hisab dan membuatku dihadapkan kepada Allah.”
“Bagus,” kata Syafiq lagi, dengan terus menanti uraian kalimat berikutnya dari sang murid.
“Ketiga, aku melihat setiap orang yang menggunjingku bukanlah musuhku, bukan orang yang menzalimiku, bukan pula orang yang berbuat jahat kepadaku. Tapi orang-orang tersebut akan memberiku keuntungan dari kebaikan mereka dan akan menanggung dosa-dosaku. Musuhku adalah orang-orang yang apabila aku mentaati Allah, mereka menggodaku untuk melakukan kedurhakaan. Aku menganggap bahwa mereka itu adalah iblis, nafsu, dunia, dan hawa. Oleh karena itu aku menjadikan mereka sebagai musuhku. Aku akan berhati-hati dengan mereka dan mempersiapkan segala sesuatu untuk memerangi mereka. Aku tidak akan membiarkan mereka mendekatiku.”
Syafiq masih dengan ketekunannya memperhatikan ucapan muridnya itu. “Bagus,” katanya lagi.
“Keempat, aku melihat setiap makhluk hidup dalam keadaan diburu, dan pemburu tersebut adalah malaikat maut. Maka aku mempersiapkan diri untuk menemuinya dan akan segera menyambutnya tanpa penghalang.”
“Bagus,” ungkap Syafiq lagi.
“Kelima, aku melihat semua manusia selalu dalam keadaan saling menyayangi dan saling membenci. Lalu aku mempelajari sebab dari sayang dan benci. Oleh karena itu aku membuang jauh-jauh dariku sifat hasad. Kemudian aku mencintai semua manusia sebagaimana aku mencintai diriku sendiri.”
Syafiq berucap lagi menanggapi perkataan muridnya, “Bagus!”
“Keenam, aku melihat setiap orang yang bertempat pasti akan berpisah dengan tempatnya. Maka aku melihat bahwa tempat kembali semua orang yang menetap tersebut adalah kubur. Oleh karena itu, aku mempersiapkan untuknya segala persiapan berupa amal-amal shaleh untuk menetap di tempatku yang baru tersebut sedangkan tidak ada tempat di belakangku kecuali surga dan neraka.”
Untuk kesekiankalinya, Syafiq berkata lagi, “Bagus,” ujarnya seraya menutup pembicaraan.