Cerdik dalam mendidik

Sabili No.14 Th.IX

Seorang lelaki menemui Ibrahim bin Adham ra, lalu berkata, “Waha Aba Ishak! Selama ini aku gemar bermaksiat. Tolong berikan aku nasihat.”

Setelah mendengar perkataan tersebut, Ibrahim ra berkata, “Jika kamu mau menerima lima syarat dan mampu melaksanakannya, maka boleh saja kamu melakukan maksiat.”

Lelaki itu dengan penasaran bertanya, “Apa saja syarat-syarat itu, wahau Aba Ishak?”

Ibrahim bin Adham berkata, “Syarat pertama, jika kamu mau bermaksiat kepada Allah, jangan memakan rezekinya.”

Ia mengernyitkan keningnya seraya berkata, “Lalu aku mau makan dari mana? Bukankah semua yang ada di bumi ini rezeki Allah?”

“Ya,” tegas Ibrahim bin Adham, “Kalau kamu sudah memahaminya, masih pantaskah memakan rezekinya sementara kamu selalu berkeinginan melanggar larangan-Nya?”

“Baiklah,” jawab lelaki itu menyerah, “Lalu apa lagi yang berikutnya?”

“Kalau mau bermaksiat jangan tinggal di bumi-Nya! Ibrahim bin Adham lebih tegas menjawabnya.

Syarat ini membuat lelaki itu kaget setengah mati. Ibrahim kembali berkata kepadanya, “Wahai abdullah, pikirkanlah, apakah kamu layak memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya sementara kamu melanggar segala larangan-Nya?”

“Ya, Anda benar,” kembali lelaki itu pasrah, “Lalu apa syarat ketiga?”

“Kalau kamu masih mau bermaksiat, carilah tempat tersembunyi yang tidak dapat terlihat oleh-Nya!”

Syarat ini kembali membuat lelaki itu terperanjat, “Wahai Ibrahim, ini nasihat macam apa? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?”

“Nah, kalau memang yakin demikian, apakah kamu masih berkeinginan berlaku maksiat?” Ucapan ini membuat lelaki itu kembali tak berkutik dan harus membenarkan semua ucapan sang imam.

“Baiklah, Aba Ishak, kini apa lagi berikutnya?”

“Kalau malaikat maut datang hendak mencabut ruh-mu, katakanlah kepadanya, mundurkan kematianku dulu. Aku masih mau bertaubat dan melakuikan amal shalih.”

Kembali lelaki itu menggelengkan kepala dan segera tersadar, “Wahai Ibrahim, mana mungkin malaikat maut akan memenuhi permohonanku.”

“Wahai abdullah, kalau kamu sudah meyakini bahwa kamu tidak bisa menunda dan mengundurkan datangnya kematianmu, lalu bagaimana engkau bisa lari dari murka Allah?”

“Baiklah, apa syarat yang kelima?”

Ibrahim bin Adham ra sekali lagi berpetuah kepada lelaki itu, “Wahai abdullah, kalau malaikat Zabaniah datang hendak menggiringmu ke api neraka di hari kiamat nanti, jangan engkau mau ikut bersamanya.”

Perkataan tersebut membuat lelaki itu sadar. Dia berkata, “Wahai Aba Ishak, sudah pasti malaikat itu tidak membiarkan aku menolak kehendaknya.”

“Kalau begitu, bagaimana kamu dapat menyelamatkan diri, wahai abdullah?”

Ia tidak tahan lagi mendengar perkataan Ibrahim. Dia menangis dan dengan wajah penyesalan berkata, “Ibrahim, cukup, jangan kamu teruskan lagi. Mulai saat ini aku bertaubat kepada Allah.”

Sejak saat itu, ia benar-benar bertaubat kepada Allah. Semua ibadah ia tekuni dengan baik dan penuh kekhusyukan hingga menemui ajalnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *