Syuraih Al-Qadhi dan Ali bin Abi Thalib

Syuraih bin Al-Harits Al-Kindi adalah seorang hakim yang adil dan bijaksana yang diangkat oleh khalifah Umar bin Khattab. Karena keadilan dan kebijaksanannya, beliau tetap dipercaya sebagai hakim oleh khalifah-khalifah setelahnya hingga Mu’awiyyah. Kisah ini menceritakan ketegasan dan keadilan yang ditunjukkan oleh Syuraih ketika menjadi hakim atas perkara yang dialami oleh khalifah Ali bin Abi Thalib. Meskipun Syuraih memiliki hubungan yang sangat erat dengan khalifah Rasulullah Ali bin Abi Thalib, akan

Syuraih Al-Qadhi, Hakim yang Adil dan Bijaksana

Jabatan hakim yang diamanahkan kepada Syuraih ini memiliki kisah yang menakjubkan bersama Umar bin Al-Khattab. Kisah ini muncul dari kecerdasan dan kebijaksanaan Syuraih. Ketika itu Umar terlibat adu mulut dengan seorang laki-laki yang telah menjual kuda kepadanya, dan Umar pun telah membayarkan harga kuda itu kepada pemiliknya. Lalu Umar menunggangi kuda itu dan melanjutkan perjalanannya. Akan tetapi, belum jauh dia meninggalkan tempat itu, tiba-tiba saja kudanya merintih karena luka yang

Hilangnya Orang Sholeh, Al-Quran, dan Islam

Islam, Al-Quran dan orang-orang sholeh adalah rangkaian yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya akan hilang sebagai tanda semakin mendekatnya hari kiamat. Kehidupan manusia pun kelak benar-benar bebas. Ketika penulis masih berusia 14 tahun, para orang tua yang tinggal di kampung kerap berujar sewaktu ada orang sholeh yang meninggal dunia. Katagori orang sholeh dalam pandangan mereka adalah ulama besar yang ahli dalam segala bidang ilmu agama dan memiliki pengaruh kuat dalam kehidupan

Hanya Takut kepada Allah

Rasa takut kepada Allah SWT yang tertanam dalam diri setiap hamba adalah benih dari perjalanan sebuah proses keimanan, dimana pokok-pokok ibadah telah dijalankan dengan baik dan sempurna. Ada tiga pokok ibadah yang tidak boleh lepas apalagi ditinggalkan oleh manusia dalam pengabdiannya kepada Sang khalik. Hati selalu berzikir, lidah menyampaikan nasihat dan kebenaran dan tubuh sebagai pelaksana dari amal-amal shalih untuk mencapai keridhaan dan menghadirkan cinta-Nya. Umar bin Khattab pernah jatuh

Akhlak Seorang Pemimpin

Suatu masyarakat dan bangsa akan disebut sebagai masyarakat dan bangsa yang maju manakala memiliki peradaban yang tinggi dan akhlak yang mulia, meskipun dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat sederhana. Sedangkan pada masyarakat dan bangsa yang meskipun kehidupannya dijalani dengan teknologi yang modern dan canggih, tapi tidak memiliki peradaban atau akhlak yang mulia, maka masyarakat dan bangsa itu disebut sebagai masyarakat dan bangsa yang terbelakang dan tidak menggapai kemajuan.

Hanya yang Terbaik

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S Ali Imran: 110) Di dunia olah raga berkumandang motto Vini, Vidi, Vici. Datang, bertanding, dan menang. Dalam kompetisi memang harus ada pemenang. Datang ke suatu

Janji bukan sebatas ucapan

Oleh Ust. Abu Syauqi M., Lc. Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (QS. An-Nisaa: 145) DISEBUTKAN dalam sebuah hadits shahih bahwa ciri-ciri orang munafik ada tiga: pertama, apabila ia berbicara ia berdusta; kedua, apabila ia berjanji ia mengingkari; ketiga, apabila diberi amanah ia berkhianat. (HR. Muslim) Dari hadits tersebut dapat dilihat bahwa janji bukanlah

Umar bin Abdul Aziz dan “penguburannya hidup-hidup”

Kejadian ini terjadi pada masa Al-Walid bin Abdul Malik, saat dihadirkan dimajelisnya seorang laki-laki dari khawarij yang diancam dengan hukuman mati. Al-Walid melihat kepadanya dan menanyainya dengan sekumpulan pertanyaan yang telah dia siapkan untuk membunuhnya, dan dia tidak mungkin selamat darinya. “Apa yang kamu katakan tentang Abu Bakar?” Dia menjawab: “Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam goa, orang kedua saat keduanya berada di dalam goa, mudah-mudahan Allah merahmatinya dan

Kita harus berjuang

Kota suci Makkah, awal masa kenabian. Ruas-ruas waktu serasa berjalan sangat lamban, seakan turut mengeja duka yang dirasa Rasulullah atas kebengisan orang-orang Quraisy. Seperti hari itu, Rasulullah sedang shalat di sekitar Ka’bah. Sementara Abu Jahal dan kawan-kawannya duduk-duduk memandangi Rasulullah. Mereka saling berseloroh, “Siapa yang berani mengambil isi perut onta dari si fulan lalu menimbunkannya ke atas pundak Muhammad ketika is sujud?” Maka pergilah salah seorang mereka mengambil isi perut

Rasa Malu

Rasa malu bagi seseorang merupakan daya kekuatan yang mendorongnya berwatak ingin selalu berbuat pantas dan menjauhi segala perilaku tidak patut. Orang yang memiliki watak malu adalah orang yang cepat menyingkiri segala bentuk kejahatan. Sebaliknya, yang tidak memiliki rasa malu berarti ia akan dengan tenang melakukan kejahatan, tidak peduli omongan, bahkan, cercaan orang lain. ”Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu,” begitu mottonya. Islam menilai, watak malu itu merupakan bagian dari iman. Dengan